Penyebab Kurs Mata Uang Rupiah
Terhadap Mata Unag Asing Tidak Stabil pergerakannya
Pentingnya peranan kurs mata uang baik bagi negara
maju maupun negara sedang berkembang, mendorong dilakukannya berbagai upaya
untuk menjaga posisi kurs mata uang suatu negara berada dalam keadaan yang
relatif stabil. Stabilitas kurs mata uang juga dipengaruhi oleh sistem kurs
yang dianut oleh suatu negara. Suatu negara yang menganut sistem kurs tetap
(fixed exchange rate system), harus secara aktif melakukan intervensi pasar
agar kurs mata uangnya berada pada tingkat yang diinginkan.
Sedangkan suatu negara yang menganut sistem kurs
mengambang (floating exchange rate system), kurs mata uang sepenuhnya
diserahkan pada kekuatan permintaan dan penawaran valuta asing. Namun pada
kenyataannya tidak satu negara pun yang tidak melakukan campur tangan dalam
menentukan kestabilan kurs mata uangnya. Fenomena yang kerap kali terjadi
berhubungan dengan kurs mata uang yaitu fluktuasi nilai mata uang yang tidak
menentu.
Amerika Serikat dipandang sebagai negara maju dengan
Dollar Amerika (USD) sebagai mata uangnya yang merupakan mata uang acuan bagi
sebagian besar negara sedang berkembang. Peranan USD menjadi sangat penting
sebab aktivitas perdagangan internasional dilakukan oleh sebagian besar negara
sedang berkembang dengan menggunakan mata uang USD.
Indonesia yang merupakan partner aktivitas
perdagangan dengan Amerika Serikat, secara otomatis menilai kegiatan
perdagangannya dengan mata uang USD. Jika kurs Rupiah (IDR) terhadap Dollar
Amerika (USD) tidak stabil, akan cenderung mengganggu aktivitas perdagangan
sebab dapat menimbulkan kerugian ekonomi karena kegiatan perdagangannya dinilai
dengan mata uang Dollar Amerika (USD). Oleh karena itu, fenomena fluktuasi kurs
memerlukan penanganan serius karena akan berpengaruh pada performa aktivitas
ekonomi suatu negara yang turut mempengaruhi kondisi perekonomian di negara
tersebut. Indonesia sebagai negara dengan perekonomian kecil terbuka telah
mengalami beberapa penggantian sistem kurs seiring dengan penggantian periode
kepemimpinan negara Republik Indonesia.
Perubahan sistem kurs di Indonesia dikarenakan oleh
pemerintah yang menetapkan kebijakan pemberlakuan sistem kurs yang disesuaikan
dengan kondisi keadaan makroekonomi Indonesia. Kebijakan sistem kurs di
Indonesia diawali sejak periode perjuangan kemerdekaan (1945 – 1956) dengan
menetapkan sistem kurs tetap (fixed exchange rate system) disertai berbagai
deregulasi bahkan pemerintah cenderung melakukan devaluasi kurs IDR terhadap
USD, serta memberlakukan sistem kurs mengambang terkendali (floating exchange
rate system) untuk menunjang kegiatan ekonomi tertentu. Pada bulan April 1978
dilakukan penggantian sistem kurs tetap (fixed exchange rate system) menjadi
sistem kurs mengambang terkendali (managed floating exchange rate system),
sehingga menyebabkan cadangan devisa yang diperoleh dari hasil ekspor dapat
diperdagangkan dengan bebas dan menunjukkan fleksibilitas kurs Rupiah (IDR)
terhadap Dollar Amerika (USD). Pada tanggal 17 Agustus 1997, pemerintah
memutuskan untuk mengganti sistem kurs mengambang terkendali (managed floating exchange
rate system) menjadi sistem kurs mengambang bebas (free floating exchange rate
system).
Pergantian penerapan sistem nilai tukar ini memberi
pengaruh besar terhadap kebijakan makro ekonomi yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter di Indonesia. Perubahan mendasar
tersebut yaitu pada pelepasan rentang intervensi (band) sebagai acuan atas
pergerakan nilai tukar. Hal ini berarti pergerakan nilai tukar Rupiah (IDR)
sepenuhnya ditentukan oleh interaksi permintaan dan penawaran valuta asing di
pasar valas. Melemahnya nilai tukar mata uang Rupiah (IDR) terhadap Dollar
Amerika (USD) menandakan lemahnya kondisi untuk melakukan transaksi luar negeri
baik itu untuk ekspor-impor maupun pembayaran hutang luar negeri.
Terdepresiasinya nilai tukar mata uang Rupiah (IDR) menyebabkan perekonomian
Indonesia menjadi goyah dan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap mata uang
domestik. Pergerakan nilai tukar mata uang Rupiah (IDR) terhadap Dollar Amerika
(USD) semenjak peberlakuan sistem kurs mengambang bebas (free floating exchange
rate system) pada pertengahan tahun 1997 kurs mengalami keterpurukan akibat
krisis moneter yang mengakibatkan jatuhnya nilai mata uang domestik secara
tajam.
Sejak diberlakukannya kebijakan sistem kurs
mengambang bebas (free floating exchange rate) sejak 14 Agustus 1997, tampak
bahwa nilai Rupiah (IDR) terus mengalami depresiasi hingga mencapai nilai
terendahnya pada bulan Juni 1998 yaitu sebesar Rp.14.900,00 per Dollar Amerika
(USD). Kondisi perekonomian Indonesia pada periode 1990-an secara umum
memperlihatkan pertumbuhan yang cenderung tinggi dimana fundamental ekonomi
Indonesia sempat dipandang cukup kuat oleh Bank Dunia (World Bank).
Fundamental
ekonomi yang kuat adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi, laju inflasi yang
terkendali, tingkat pengangguran relatif rendah, neraca pembayaran secara
keseluruhan masih surplus meskipun defisit neraca berjalan cenderung membesar
namun jumlahnya masih terkendali, cadangan devisa masih cukup besar, dan
realisasi anggaran pemerintah masih menunjukkan sedikit surplus.
Pertumbuhan yang tinggi tersebut antara lain
didorong oleh boom investasi dan konsumsi, khususnya yang dilakukan oleh swasta
(World Bank, 1998). Penerapan sistem ekonomi terbuka yang dianut oleh Indonesia
membawa konsekuensi logis berupa interaksi ekonomi antara Indonesia dengan
negara lain. Berkaitan dengan masalah interaksi ekonomi, keterkaitan tadi
memunculkan bentuk interaksi khusus berupa nilai tukar yang berfungsi sebagai
penghubung kegiatan ekonomi antar negara, sehingga perilaku nilai tukar Rupiah
(IDR) terhadap mata uang asing,
Khususnya Dollar Amerika (USD), dalam
pemberlakuan sistem kurs mengambang bebas (free floating exchange rate system)
dengan mengacu pada penerapan pendekatan versi harga kaku Keynesian di
Indonesia merupakan latar belakang yang menarik untuk diteliti. Krisis moneter
yang terjadi pada tahun 1997/1998 dan krisis finansial global pada tahun
2007/2008 turut andil dalam menentukan posisi kekuatan nilai tukar Rupiah (IDR)
terhadap berbagai mata uang valuta asing. Sesuai dengan latar belakang masalah
diatas, fluktuasi nilai tukar Rupiah (IDR) yang sangat besar dapat diterangkan
oleh teori perkembangan kurs dengan pendekatan model moneter Keynesian versi
harga kaku (Keynesian sticky price version monetary model) karena adanya
anggapan jumlah uang beredar yang endogen.
Pemilihan model moneter Keynesian versi harga kaku
didasarkan atas pertimbangan akibat adanya kritik terhadap anggapan adanya
fleksibilitas harga dalam versi harga fleksibel. Keseimbangan nilai tukar
jangka pendek seringkali terdeviasi dari keseimbangan dari keseimbangan nilai
tukar jangka panjang yang sangat fluktuatif (volatile) sehingga asumsi paritas
daya beli (PPP) tidak berlaku dalam jangka pendek. Perbedaan nilai tukar akan
mencerminkan perbedaan tingkat inflasi, jika pasritas daya beli berlaku maka
nilai tukar riil akan konstan sehingga fluktuasi nilai tukar akan mencerminkan
deviasi dari paritas daya beli. Dengan demikian pengaruh shock atas nilai tukar
akan semakin mengecil dan akhirnya kembali pada tingkat keseimbanganya.
Berbagai bukti empiris telah mendukung pendekatan
Keynesian dalam menjelaskan pergerakan nilai tukar, namun tidak selalu
mendukung dalil paritas daya beli. Implikasinya model yang digunakan untuk
menjelaskan perilaklu nilai tukar harus bersifat dinamis. Perubahan perilaku
kurs Rupiah (IDR) terhadap Dollar Amerika (USD) banyak dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya faktor-faktor agregat makroekonomi dan
faktorfaktor non fundamental seperti faktor risiko suatu negara (country risk)
dan faktor kondisi stabilitas politik yang terjadi. Beberapa faktor agregat
makroekonomi yang disinyalir paling berpengaruh diantaranya, yakni jumlah uang
beredar, tingkat suku bunga, tingkat indeks harga konsumen dan produk domestik
bruto. Jumlah uang beredar sangat erat kaitannya dengan pergerakan nilai kurs,
karena posisi jumlah uang beredar akan sangat mempengaruhi performa nilai suatu
mata uang domestik dinilai dalam mata uang valuta asing.
Tingkat suku bunga dalam penentuan nilai kurs juga
sangat mempengaruhi karena apabila tingkat suku bunga yang berlaku disuatu
negara menarik maka akan membuat masyarakat cenderung untuk berinvestasi
sehingga menaikkan kekuatan nilai mata uang tersebut terhadap mata uang valuta
asing. Indeks harga konsumen juga dikatakan mempengaruhi perubahan pergerakan
nilai kurs karena mewakili nilai daya beli yang terjadi disuatu negara
tersebut.
Dan produk domestik bruto yang mewakili nilai hasil
produksi barang dan jasa yang terjadi disuatu negara tersebut. Pertanyaan yang
muncul kemudian adalah apakah faktor–faktor agregat makroekonomi yang diwakili
oleh perbedaan jumlah uang beredar antara Indonesia dengan Amerika Serikat,
perbedaan produk domestik bruto antara Indonesia dengan Amerika Serikat,
perbedaan tingkat suku bunga antara Indonesia dengan Amerika Serikat dan
perbedaan indeks harga konsumen antara Indonesia dengan Amerika Serikat,
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar dalam negeri selama
periode pelepasan band intervensi oleh Bank Indonesia yakni selama penerapan
sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate system).
Apa saja yang menjadi penyebab masing-masing
variabel tersebut berpengaruh terhadap perubahan perilaku kurs Rupiah (IDR)
terhadap Dollar Amerika (USD) selama sistem kurs mengambang bebas (free
floating exchange rate system). Setelah mengetahui kontribusi dan implikasi
dari masing-masing faktor agregat makroekonomi terhadap nilai tukar dalam
negeri, maka dapat menganalisa kesesuaian pendekatan Keynesian versi harga kaku
(Keynesian sticky price version) dengan kinerja kebijakan makroekonomi yang
telah diterapkan oleh pemerintah Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, hubungan masing-masing
variabel independen (variabel makroekonomi) terhadap kurs Rupiah (IDR) terhadap
Dollar Amerika (USD) dapat dijelaskan sebagai berikut :
1 Variabel perbedaan tingkat suku bunga yang
didasarkan pada tingkat bunga SBI 1 bulan di Indonesia dan tingkat bunga US
Prime Rate memberikan pengaruh terhadap perilaku kurs Rupiah (IDR) terhadap
Dollar Amerika (USD) pada kurun waktu periode yang berlangsung pada sistem
kurs
mengambang bebas di Indonesia. Kenaikan tingkat bunga di Amerika lebih tinggi
dibandingkan tingkat bunga di Indonesia akan menyebabkan investasi mata uang asing dalam bentuk Dollar Amerika (USD) akan semakin menarik sehingga akan menyebabkan kecenderungan kurs Rupiah (IDR) terhadap mata uang Dollar Amerika (USD) akan terdepresiasi. Sebaliknya, jika tingkat bunga di Indonesia cenderung lebih tinggi dibandingkan tingkat bunga di Amerika, maka akan menyebabkan kurs Rupiah (IDR) mengalami apresiasi terhadap mata uang Dollar Amerika (USD).
dibandingkan tingkat bunga di Indonesia akan menyebabkan investasi mata uang asing dalam bentuk Dollar Amerika (USD) akan semakin menarik sehingga akan menyebabkan kecenderungan kurs Rupiah (IDR) terhadap mata uang Dollar Amerika (USD) akan terdepresiasi. Sebaliknya, jika tingkat bunga di Indonesia cenderung lebih tinggi dibandingkan tingkat bunga di Amerika, maka akan menyebabkan kurs Rupiah (IDR) mengalami apresiasi terhadap mata uang Dollar Amerika (USD).
2. Variabel perbedaan tingkat harga konsumen yang
didasarkan pada indeks harga konsumen baik di Indonesia maupun di Amerika, juga
memberikan pengaruh terhadap perilaku kurs Rupiah (IDR) terhadap Dollar Amerika
(USD) pada kurun waktu periode yang berlangsung pada sistem kurs mengambang
bebas di Indonesia. Apabila tingkat harga di Indonesia cenderung meningkat dan
melebihi tingkat harga di Amerika, hal ini akan berakibat terhadap peralihan
konsumsi yang dilakukan oleh konsumen domestik. Konsumen domestik cenderung beralih
menggunakan barang-barang luar negeri yang dinilai lebih murah. Sehingga
mekanisme ini akan menciptakan permintaan terhadap mata uang Dollar Amerika
akan meningkat dan menyebabkan kurs Rupiah (IDR) terhadap Dollar Amerika (USD)
akan mengalami depresiasi. Sebaliknya, tingkat harga yang relatif lebih rendah
di Indonesia dibandingkan di Amerika akan menyebabkan kurs Rupiah (IDR) akan
mengalami apresiasi terhadap Dollar Amerika (USD).
3. Variabel perbedaan jumlah uang beredar (M2)
antara negara Indonesia dan Amerika, juga memberikan pengaruh terhadap perilaku
kurs Rupiah (IDR) terhadap Dollar Amerika (USD) pada kurun waktu periode yang
berlangsung pada sistem kurs mengambang bebas di Indonesia. Apabila jumlah uang
beredar Rupiah di Indonesia relatif banyak, sedangkan jumlah mata uang Dollar
Amerika (USD) yang beredar di Amerika relatif sedikit, maka akan menyebabkan
kurs Rupiah (IDR) terdepresiasi terhadap Dollar Amerika (USD). Demikian pula
sebaliknya, jika jumlah mata uang Dollar Amerika (USD) yang beredar di Amerika
relatif banyak daripada jumlah uang beredar Rupiah di Indonesia, maka kurs
Rupiah (IDR) akan terapresiasi terhadap Dollar Amerika (USD).
4. Variabel
perbedaaan produk domestik bruto, juga memberikan pengaruh terhadap perilaku
kurs Rupiah (IDR) terhadap Dollar Amerika (USD) pada kurun waktu periode yang
berlangsung pada sistem kurs mengambang bebas di Indonesia. Perubahan pada
tingkat produk domestik bruto akan mempengaruhi perilaku kurs mata uang suatu
negara ke arah apresiasi atau depresiasi. Apabila jumlah produk domestik bruto
Amerika lebih besar dibandingkan produk domestik bruto Indonesia, maka akan
menyebabkan kurs Rupiah (IDR) mengalami depresiasi terhadap Dollar Amerika
(USD). Sebaliknya, jika produk domestik bruto Indonesia lebih besar dibandingkan
produk domestik bruto Amerika, maka akan menyebabkan kurs Rupiah (IDR)
mengalami apresiasi terhadap Dollar Amerika (USD).
Atau dari semua uraian diatas dapa diambil
kesimpulan bahwa:
Ada enam langkah kebijakan jangka pendek di
bidang moneter yang dilakukan BI untuk mengatasi melemahnya nilai tukar rupiah
yaitu:
1. Menaikkan suku bunga BI Rate (penentuan suku bunga
bank)
2. Menaikkan suku bunga fasilitas simpanan BI
3. Menyerap likuiditas dengan instrumen fine
tune kontraksi (FTK) dengan variabel rate tender.
Yaitu, dengan cara melakukan
pelelangan, misalnya lelang suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
4. Menaikkan suku bunga maksimum penjaminan
simpanan baik suku bunga penjaminan simpanan rupiah atau deposito rupiah dan
suku bunga penjaminan simpanan valuta asing (valas) atau deposito valas
5. BI menaikkan simpanan wajib perbankan atau
giro wajib minimum (GWM) secara bervariasi, sesuai dengan kondisi bank atau
berdasarkan loan to deposit ratio (LDR) masing-maing bank. Perinciannya, bank
yang rasio penyaluran dana ke kredit atau LDR-nya 90%, tambahan GWMnya nol.
Bank dengan LDR sebesar 75%-90% wajib menambah GWM 1%. Bank dengan LDR 60%-75%
wajib menambah GWM 2%. Bank dengan LDR 50%-60% wajib menambah GWM 3%. Bank
dengan LDR 40%-50% wajib menambah GWM 4%. Sedangkan, bank dengan LDR kurang
dari 40% wajib menambah GWM sebesar 5%.
6. BI akan menaikkan imbalan jasa giro atau
semacam bunga untuk semua GWM di atas 5%.
Selain itu, BI melaksanakan beberapa langkah lain
untuk mendukung enam langkah tadi yaitu :
Ø Menyediakan fasilitas swap bersama BI dalam
rangka lindung nilai (hedging).
Ø Melakukan intervensi valas dengan instrumen
swap jangka pendek.
Ø Menyempurnakan ketentuan kehati-hatian dalam
transaksi devisa. Antara lain, dengan mengatur transaksi margin perdagangan dan
penyesuaian ketentuan posisi devisa neto (net open position atau NOP).
Ø BI akan meningkatkan pengawasan intensif
terhadap bank atas transaksi valas tanpa dokumen pendukung, termasuk mengenakan
sanksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi turunnya nilai tukar
rupiah terhadap Dolar Amerika adalah sbb.:
1. Faktor
Dalam Negeri:
·
Dampak inflasi yang cenderung
meningkat
·
Dampak negatirf dari tingginya harga
minyak terhadap neraca perdagangan migas
·
Sentimen negative dari kelangkaan BBM
·
Kekhawatiran dari dampak tingginya harga
minyak terhadap kesinambungan fiscal
(fiscal sustainability)
(fiscal sustainability)
·
Nilai rupaih sudah “undervalued”, karena
itu ruang untuk penguatan rupiah cukup
terbuka
terbuka
2. Faktor
Luar Negeri
·
Dolar Amerika Serikat menguat terhadap
hamper semua mata uang
·
Ekonomi Amerika menguat
·
Tingkat suku bunga Amerika Serikat
merambat naik
Sebuah dilema memang kemudian muncul, yaitu
kebijakan nilai tukar tidak hanya mencakup masalah stabilitas makro, tetapi
juga sangat besar pengaruhnya terhadap insentif ekspor dan impor. Apresiasi
nilai tukar akan mengurangi daya saing barang-barang ekspor, dan meningkatkan
penetrasi impor. Menurunnya ekspor dan meningkatnya impor dikhawatirkan akan
memperburuk neraca perdagangan. Sebagai negara pengutang yang cukup besar
Indonesia tentu tidak dapat menanggung defisit neraca pembayaran yang terlalu
besar. Berkaitan dengan ini, tiga hal perlu di perhatikan yaitu:
1. Yang menentukan daya saing produk ekspor
adalah nilai tukar riil, bukan nilai tukar
nominal. Dengan membiarkan nilai tukar lebih mengambang, memang besar kemungkinan
terjadi apresiasi nilai tukar nominal, namun dengan demikian, kontrol moneter menjadi
lebih efektif dan tingkat inflasi dapat ditekan sehingga apresiasi nilai, tukar riil tidak
sebesar apresiasi nilai tukar nominal.
nominal. Dengan membiarkan nilai tukar lebih mengambang, memang besar kemungkinan
terjadi apresiasi nilai tukar nominal, namun dengan demikian, kontrol moneter menjadi
lebih efektif dan tingkat inflasi dapat ditekan sehingga apresiasi nilai, tukar riil tidak
sebesar apresiasi nilai tukar nominal.
2. Menjaga nilai tukar agar barang ekspor tetap
kompetitif hanya menunda usaha untuk
membenahi ekonomi biaya tinggi di sektor riil. Jadi sebetulnya kebijakan depresiasi rupiah
terus menerus ini adalah bentuk proteksi lain terhadap sektor riil yang kurang efisien.
membenahi ekonomi biaya tinggi di sektor riil. Jadi sebetulnya kebijakan depresiasi rupiah
terus menerus ini adalah bentuk proteksi lain terhadap sektor riil yang kurang efisien.
3. Bagaimana membiayai defisit neraca.berjalan
ini. Berkaitan dengan ini sungguh tepat,
peringatan Dr. Hadi Soesastro (Jakarta Post, 10/4/1996) bahwa pemerintah perlu menjaga
kredibilitasnya, agar Indonesia tetap dapat menarik modal asing untuk membiayai defisit
tersebut.
peringatan Dr. Hadi Soesastro (Jakarta Post, 10/4/1996) bahwa pemerintah perlu menjaga
kredibilitasnya, agar Indonesia tetap dapat menarik modal asing untuk membiayai defisit
tersebut.
Namun demikian nilai tukar rupiah yang terlalu kuat
akan akan mengganggu kinerja ekspor kita, khususnya ekspor non migas. Buat
mereka yang punya hutang dalam US Dollar, penguatan Rupiah mungkin sekali
merupakan jalan keluar untuk menyelesaikan hutang. Demikian pula kalangan
importir yang gembira karena melihat kemungkinan untuk menjual lebih banyak,
kalau harga dalam Rupiah menjadi lebih terjangkau. Secara keseluruhan
penguatan Rupiah sampai pada batas-batas yang wajar tidak perlu dirisaukan,
karena pasar akan menentukan ekuilibrium yang baru.
Di Amerika Serikat sendiri, banyak perusahaan mengeluh kalau US Dollar menjadi kuat, karena mereka merasa sukar untuk bisa mengekspor lebih banyak, apalagi ke negara-negara yang mata uangnya tidak kuat, tetapi kuatnya US Dollar justru membuat modal masuk ke Amerika Serikat, untuk membeli asset-asset yang ada, termasuk pula saham-saham yang ada. Hal yang sebaliknya terjadi di Indonesia, dimana investor asing justru meninggalkan pasar modal pada waktu Rupiah terus menerus melemah, apalagi bersamaan juga terjadi kemrosotan harga saham-saham dalam Rupiah, hal mana membuat investor rugi dua kali. Itu pula yang membuat investor menangguhkan penanaman modal secara langsung, sampai keadaan cukup stabil.
Referensi :
Halo! Selamat Siang,
BalasHapusPerkenalkan sebelumnya, saya Elfira, dari Department Kemitraan Instaforex Company.
Kami ingin menawarkan kerjasama program afiliasi yang memungkinkan Anda mendapatkan $ 15-53 dari setiap lot pasar standar pelanggan Anda.
Jika Anda tertarik, silahkan hubungi saya dan saya akan memberikan rincian.
InstaForex memberikan semua mitra dengan peluang berikut:
- SUB-IB Program - menarik mitra dan mendapatkan komisi dari klien sub IB anda;
- jangkauan terluas materi promosi;
- konten gratis untuk situs web Anda;
- Statistik link referral canggih dalam Kabinet Mitra Anda;
- website siap pakai bebas untuk kenyamanan Anda;
- bonus kupon untuk mendorong pedagang;
- kampanye - "$ 500 Afiliasi Reward!";
- hadiah untuk mitra: undian dari gadget mobile (iPad, iPhone, Blackberry, atau Samsung Galaxy Tab);
- berbagai pilihan sistem pembayaran untuk account pengisian dan penarikan dana;
- dukungan dan pendekatan individu untuk setiap mitra.
Menjadi afiliasi sekarang dan mendapatkan materi informasi untuk situs web Anda dengan link afiliasi terintegrasi!
Kami akan senang untuk membangun kerjasama yang saling menguntungkan dengan Anda.
Terima kasih atas perhatian yang diberikan, jika ada pertanyaan atau sudah melakukan pendaftaran, silahkan hubungi saya kembali.
Salam,
Elfira
Email:
partners@mail4.instaforex.com