Perbedaan 3 Kebijakan Pemerintah
Kebijakan Moneter,Kebijakan
Fiskal,dan Kebijakan Sektoral
Sebelum saya membahas apa itu kebijakan
moneter,kebiajakan fiskal,dan kebiajakan sektoral serta perbedaannya ada baik
nya kita harus mengerti dan paham terlebih dahulu apa arti paling mendasar dari
sebuah kebijakan atau lebih sederhananya apa itu kebijakan.?
Mungkin kata kebijakan sering sekali kita dengar karna
apapun yang ada di negara ini pasti ada yang namanya kebijakan,kebijakan dapat
di buat oleh pemerintah,perusahaan, organisasi ataupun perorangaan(individu),karna
arti mendasar dari sebuah kebijakan adalah rangkaian suatu konsep dan asas yang
menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan,kepemimpinan dan
cara bertindak.
Di dalam sistem pemerintahan dalam bidang ekonomi kita
mengenal dengan adanya kebijakan ekonomi yang di buat pemerintah di bawah
naungan mentri ekonomi unuk mengatur jalannya perekonomian Indonesia dengan membuat konsep dan asas yang nantinya
akan di jadikan dasar rencana untuk bertindak,memimpin jalannya ekonomi
Indonesia agar perekonomian Indonesia berjalan dengan baik dan tidak mengalami
inflasi.
Dalam kebijakan ekonomi Indonesia ada 3,yaitu:
1. Kebijakan
Moneter
Kestabilan moneter sebuah negara dalah suatu kondisi
yang memperlihatkan jumlah uang yang beredar mencukupi untuk mendukung seluruh
transaksi dalam perekonomian.Dalam kondisi tersebut jumlah uang yang beredar
tidak berlebih atau kurang.Bila terjadi kekurangan atau kelebihan uang maka
pemerintah harus mengambil suatu tindakan atau kebijakan sehingga jumlah uang
yang beredar kembali stabil.
Kebijakan moneter memiliki pengertian sebagai
tindakan otoritas moneter(biasanya bank sentral) dimana bank sentral di
Indonesia adalah Bank Indonesia (BI)
sesuai dengan Undang-Undang No.23 tahun 1999 dimana tujuan BI adalah
mencapai kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa yang tercermin pada
perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain selain itu untuk
mempengaruhi jumlah uang yang beredar.
Perubahan uang yang beredar itu pada akhirnya akan
mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat,istilah kebijakan moneter banyak
dipakai untuk menyebutkan seluruh tindakan yang mempengaruhi jumlah uang yang
beredar dan tingkat suku bunga.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu
kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan
eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi
makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan
kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang.
Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan
moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh
kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang
kemudian ditransfer pada sektor riil.
Kebijakan moneter memiliki beberapa Instrumen atau
biasa disebut alat untuk mempengaruhi
situasi perekonomian sehingga bisa sesuai dengan tujuan yang diharapkan
pemerintah ,instrumen-instrumen tersebut antara lain :
· Operasi Pasar
Terbuka (Open Market Operation)
Pembelian dan penjualan surat-surat
berharga pemerintah yang dilakukan oleh bank Indonesia sebagai bak sentral di
pasar modal.Untuk meningkatkan jumlah uang yang beredar ,bank sentral dapat
memerintahkan para pialang obligasinya untuk membeli obligasi dari semua pasar
obligasi di seluruh negara.Uang yang di bayarkan oleh bank sentral untuk membeli
surat berharga ini akan mengalir dan memperbanyak jumlah uang yang beredar di
pasar.Sebagian dari uang ini akan di pegang masyarakat dan sisanya akan
disimpan di bank-bank.
Sedangkan untuk mengurangi jumlah uang
yang beredar bank sentral dapat melakukan hal yang sebaliknya,ia akan menjual
surat berharga pemerintah yang didmilikinya kepada seluruh publik di pasar
saham.Masyarakat akan membayar surat berharga itu dengan uang tunai atau
simpanan di bank.Hal ini akan mengurangi jumlah uang yang beredar di pasar.Bila
masyarakat membayar dengan tabungan mereka di bank,hal ini dapat mengurangi
dana cadangan yang dimiliki oleh bank,diharapkan bank-bank ini akan mengurangi
jumlah pinjaman yang disalurkan dan dengan sendirinya mengurangi proses
penciptaan uang.
Di Indonesia operasi pasar terbuka
dulakukan dengan 3 cara,yaitu:
1. Lelang
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Surat berharga yang dijual oleh Bank
Indonesia adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang
(SBPU)
2. Penggunaan
Fasilitas Bank Indonesia (Fasbi) di Pasar Uang Rupiah
Selai lelang SBI mingguan Bank Indonesia
juga melakukan kegiatan secara langsung di pasar uang rupiah melalui fasilitas
bak indonesia (fasbi).Hal ini dilakukan terutama jika terjadi perkembangan di
luar perhitungan yang dapat menyebabkan tidak tercapainya target uang primer
melalui lelang SBI
3. Sterilisasi atau
Intervensi di Pasar Valuta Asing (value)
Pada saat-saat tertentu Bank Indonesia
juga melakukan intervensi di pasar valuta asing .Hal ini dilakukan terutama
bila pemerintah akan membiayai kegiatan suatu proyek (membutuhkan rupiah)
dengan cara menggunakan dana valuta asingnya yang disimpan sebagai cadangan
devisa di Bank Indonesia
· Kebijakan
Diskonto
Kebijakan diskonto ini disediakan bagi
bank-bank dalam rangka memperlancar pengaturan likuiditas sehari-hari,khusunya
bagi bank yang menghadapi masalah dalam pendanaannya.Penetapan tingkat diskonto
dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan pengendalian moneter.
Selain terdapat instrumen-instrumen
dalam pengaturan jumlah uang
yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah
uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu :
· Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary
Expansive Policy Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang
edar. Apabila tidak ada kebijakan ini maka jumlah uang di suatu negara akan
menipis sehingga transaksi atau jual beli disuatu negara akan
terganggu. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan
meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat
perekonomian mengalami resesi atau depresi.
· Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary
Contractive Policy Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang
yang edar. Kebijakan ini biasanya dilakukan saat perekonomian mengalami
inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)
2.Kebujakan
Fiskal
Selain kebijakan moneter Indonesia
juga memiliki kebijakan yang lain yang memiliki tujuan yang sama persis dengan
kebijakan moneter yaitu KEBIJAKAN FISKAL.
Kebijakan fiskal unsur utama yang
menjadi tiangnya adalah penerimaan dan pegeluaraan pemerintah menjadi faktor
untuk mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat dan pembangunan ekonomi
yang dilaksanakan pemerintah nantinya.Perlu,diketahui bahwa dalam banyak
hal,rumah tangga negara tidak sama dengan rumah tangga keluatga.Dalam rumah
tangga keluarha penerimaan semakin menurun maka tindakan yang harus di tempuh
adalah menekan pengeluaran jauh berbeda dengan rumah tangga negara dimana jika mengalami
penurunan penerimaan tindakan yang di tempuh tidak selalu menekan pengeluaran.
Dalam kebijakan fiskal juga lebih
menekan pendapatan dan belanja negara dimana seperti yang sudah dikatakan
diawal kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan
dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan
dananya tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan. Kebijakan pemerintah
ini ditujukan unuk mempengaruhi jalan atau proses kehidupan ekonomi masyarakat
melalu Anggaran Belanja Negara atau APBN. Dari semua unsur APBN hanya
pembelanjaan Negara atau pengeluaran dan Negara dan pajak yang dapat diatur
oleh pemerintah dengan kebijakan fiskal. Contoh kebijakan fiskal adalah apabila
perekonomian nasional mengalami inflasi, pemerintah dapat mengurangi kelebihan
permintaan masyarakat dengan cara memperkecil pembelanjaan dan atau menaikkan
pajak agar tercipta kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan pengelolaan
anggaran.
Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah
untuk mengarahkan
ekonomi suatu negara melalui
pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah.Kebijakan fiskal berbeda
dengan kebijakan moneter,
yang bertujuan men-stabilkan perekonomian dengan cara
mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang
beredar.
Instrumen utama kebijakan
fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Perubahan tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah
dapat memengaruhi variabel-variabel berikut:
§ Pola persebaran sumber daya
§ Distribusi pendapatan
Tujuan kebijakan fiskal telah
diungkapkan diawali dimana pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan
kesejahteraan masyrakat.Banyak contoh yang dapat dilihat dari usaha pemerintah
untuk memperbaiki kehidupan ekonomi masyarakat,seperti program transmigrasi
yang memberi lahan dan rumah kepada penduduk,program irigasi yang dapat
menaikan hasil pertanian,program perbaikan rumah-rumah kumuh,dan program
listrik masuk desa
Sama hal nya dengan
kebijakan moneter,dalam kebijakan fiskal juga terdapat instrumen-instrumen
dimana instrumen kebijakan fiskal adalahpenerimaan dan pengeluaran pemerintah
yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif
pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka
kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan
jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli
masyarakat serta menurunkan output industri secara umum. Adapun
instrumen-instrumen nya antara lain :
· Anggaran Defisit (Defisit Budget) /
Kebijakan Fiskal Ekspansif
Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih
besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya
sangat baik digunakan jika keaadaan ekonomi sedang resesif.
· Anggaran Surplus (Surplus Budget) /
Kebijakan Fiskal Kontraktif
Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.
Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.
· Anggaran Berimbang (Balanced
Budget)
Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian anggaran serta meningkatkan disiplin.
Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian anggaran serta meningkatkan disiplin.
Karena banyak kebijakan
yang dapat ditempuh pemerintah untuk memperbaiki kelesuaan perekonomian negara
.Dewasa ini pemerintah mengadakan deregulasi dan debirokratisasi di berbagai
bidang dengan tujuan memperbaiki keadaan ekonomi adar tercapai tigkat pertumbuhan
yang tinggi.Kebijakan deregulasi dan debirokratisasi merupakan bagian dari
kebijakan fiskal pemerintah.Secara umum,kebiajakan fiskal dapat diajalankan
dengan empat jenis pembiayaan,yaitu sebagai berikut :
· Pembiayaan Fungsional
Pembiayaan pengeluaraan pemerintah ditentukan sedemikian rupa sehingga
tidak berpengaruh langsung terhadap pendapatan nasional.Tujuan utamanya adalah
untuk meningkatkan kesempatan kerja(employment).Penerimaan pemerintah dari
sektor pajak bukan ditunjukan untuk mengatur pengeluaran pihak swasta .Oleh
karena itu dalam hal terjadi pengangguran,penerimaan pajak tidak diperlukan.
· Pengelolaaan Anggaran
Penerimaan dan pengeluaran pemerintah dari perpajakan dan pinjaman adalah
paket yang tidak dapat dipisahkan dalam
rangka menstabilkan perekonomian
· Stabilisasi Anggaran Otomatis
Dalam stabilisasi anggaran ini diharapkan (atau dengan sendirinya)
terdapat keseimbangan antara penerimaan dan pengeluaraan tanpa campur tangan
pemerintah yang sengaja .Dengan stabilisasi anggaran ini pengeluaran pemerintah
lebih ditekankan pada asas manfaat dan biaya relatif dari berbagai paket
program
· Anggaran Belanja Seimbang
Cara
yang diberlakukan dalam hal ini adalah anggaran yang diseuaikan dengan keadaan
(managed budget).Tujuannya adalah tercapainya anggaran berimbang dalam jangka
panjang.
Jadi,sebelum menuju ke kebijakan yang ketiga yaitu kebijakan
sektoral saya ingin menganalisa dahulu
perbedaan antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.
Perbedaan dari 2 kebijakan tersebut
sangat jelas terlihat dimana dalam
kebijakan moneter hanya menitikberatkan peredaran uang yang diatur oleh bank
sentral dan tidak seluruhnya di pegang oleh pemerintah sedangkan kebijakan fiskal menitikberatkan
pendapatan dan pengeluaran pemerintah dimana dalam kebijakan ini pemerintah
memiliki peran besar dibandingkan dalam kebijakan moneter serta kebijakan
fiskal jauh lebih efektif karena untuk
merangsang permintaan agregat dari masyarakat.
Pajak dan pengeluaran pemerintah
dirumuskan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan permintaan dan penawaran
komoditas umum dan fasilitas sipil adalah kebijakan fiskal yang baik.yang
sesuai dengan pemerintahan yang demokratis yang selalu mengutamakan
kesejahteraan masyarakat.Dari segi inflasi terlihat jelas lebih riskan terjadi dalam
kebijakan moneter dibandingkan kebijakan fiskal,kenapa bisa dikatakan seperti
itu.?karena dalam kebijakan moneter yg dititikberatkan adalah peredaran maka
jika bank sentral dalam kebijakan moneter tidak dapat mengendalikan peredaran
uang maka akan dapat terjadi inflasi besar-nesaran sedangkan dalam fiskal jika
terjadi inflasi maka pemerintah
langsung dapat mengurangi kelebihan permintaan masyarakat dengan cara
memperkecil pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar tercipta kestabilan lagi.Selain
itu terdapat lagi perbedaan yang sangat mencolok yaitu Kebijakan moneter mengacu pada
manipulasi uang beredar dan suku bunga pasar, biasanya oleh bank sentral atau
otoritas moneter lainnya. Kebijakan fiskal dilakukan oleh lembaga yang memiliki
berat dan belanja publik kekuasaan, seperti Kongres AS, meskipun juga
melibatkan pinjaman publik.
Kedua kebijakan moneter
dan fiskal metode reformasi ekonomi makro, namun kebijakan fiskal lebih
spesifik dalam fokus. Peningkatan pengeluaran pemerintah
Setelah itu kita menuju ke kebijakan yang ketiga yaitu :
c
3. Kebijakan Sektor rill
Istilah sektor riil
dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian
dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena ini,
sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang (pasar untuk
barang-barang dan jasa-jasa). Berikut ini merupakan variabel-variabel
agregatif yang termasuk sebagai pasar komoditi yaitu :
1. Pengeluaran
konsumsi rumah tangga (C)
2. Saving atau
tabungan (S)
3. Pendapatan
nasional (Y)
4. Investasi
(I)
5. Tingkat
harga (P)
6. Pengeluaran
konsumsi pemerintah (G)
7. Transfer
pemerintah (Tr)
8. Ekspor
(X)
9. Impor
(I)
KEBIJAKAN PENGUATAN
SEKTOR RIIL
Berbagai dampak
tersebut haruslah disikapi oleh instansi terkait dengan membuat
kebijakan-kebijakan tepat sasaran agar sektor riil sebagai tumpuan pertumbuhan
ekonomi Indonesia tetap dapat berkembang dengan baik. Adapun
kebijakan-kebijakan yang telah dibuat antara lain sebagai berikut.
Pertama, kebijakan
dalam sektor infrastruktur adalah dengan mengalokasikan dana stimulus fiskal
untuk belanja infrastruktur. Dana tersebut diprioritaskan untuk proyek-proyek
infrastruktur yang bersifat padat karya diberbagai bidang, antara lain dalam
bidang pekerjaan umum, bidang perhubungan, bidang energi, dan bidang perumahan
rakyat. Di
sektor transportasi, instansi terkait telah melaksanakan beberapa kebijakan,
antara lain:
1) Pengembangan
transportasi berdasarkan sistem transportasi nasional dan penyiapan
prakarsa pembuatan Rancangan Undang-Undang (RUU) Sistem Transportasi Nasional
prakarsa pembuatan Rancangan Undang-Undang (RUU) Sistem Transportasi Nasional
2) Memprioritaskan
pengembangan angkutan masal di perkotaan
3) Menyelesaikan
pembangunan prasarana transportasi agar dapat dimanfaatkan
4) Memprioritaskan
pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana transportasi
5) Pengembangan
pelayaran keperintisan dan kelas ekonomi.
Kedua,
pada sektor perumahan dan pemukiman. Di sektor perumahan, perlu diambil
langkah-langkah dari sektor pasokan berupa penyediaan perumahan dan dari sisi
permintaan yakni dari konsumen atau pembeli rumah. Dari sisi pasokan berupa:
1) Mendorong
pemanfaatan tanah untuk pembuatan rumah susun milik (Rusunami)
2) Kemudahan/penyederhanaan
perizinan untuk pembangunan Rusunami
3) Mendorong
penempatan dana Taperum-PNS
4) Memberdayakan
masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja dan
industri/perdagangan bahan bangunan lokal terkait program KPR/KPRS Mikro
Bersubsidi sejalan dengan PNPM.
industri/perdagangan bahan bangunan lokal terkait program KPR/KPRS Mikro
Bersubsidi sejalan dengan PNPM.
Sementara dari sisi
permintaan adalah dengan:
1)
Memberlakukan fixed-rate untuk kredit perumahan
2)
Memperluas akses kredit dan pilihan skim subsidi.
Di
sektor pemukiman, krisis keuangan global telah mengakibatkan terjadinya
penurunan alokasi anggaran untuk penyediaan pelayanan air minum, pengelolaan
air limbah, persampahan dan drainase. Dengan demikian kebijakan dalam mencegah
dampak krisis keuangan global adalah:
1) Pelaksanaan advokasi
dan sosialisasi kepada pemerintah daerah dan legislatif guna meningkatkan
prioritas pembangunan air minum, pengelolaan air limbah, persampahan, dan
drainase
2) Menciptakan skema
insentif berbasis kinerja untuk pemda dalam meningkatkan investasi air minum
3) Peningkatan
efektivitas dan akuntabilitas anggaran pemerintah untuk penyediaan air minum,
pengelolaan air limbah, persampahan , dan drainase
4) peningkatan
kerjasama dengan pihak swasta, melalui skema PPP (public-private-partnership)
Ketiga,
pada sektor pertanian. Kebijakan yang ditempuh adalah:
1) Meningkatkan kelembagaan pertanian, khususnya
permodalan dan penelitian
2) Memberikan perlindungan kepada petani dalam
konteks ketahanan pangan, tingkat penghidupan masyarakat desa dan kesejahteraan
masyarakat.
Terkait
komoditas pangan, langkah yang perlu ditempuh adalah dengan memantapkan
ketahanan pangan nasional yang mengusahakan bertumpu pada produksi dalam
negeri, menjamin kelancaran manajemen distribusi pangan pokok, stabilitas harga
pangan nasional, dan melaksanakan diversifikasi pangan.
Untuk subsektor perikanan perlu langkah-langkah riil
berupa:
1) Pembinaan dan pengembangan sistem usaha perikanan
melalui pengembangan kemitraan
2) Subsidi benih ikan dan pakan ikan
3) Memperkuat kebijakan dan peraturan dalam
pemasaran produk
4) Penguatan akses permodalan nelayan
5) Meningkatkan industri pengolahan ikan.
Keempat, pada bidang kehutanan. Beberapa kebijakan
yang telah dan tengah dilakukan antara lain:
1) Menata ulang arah reformasi sektor
perkayuan
2) Membatasi permintaan kayu bulat
3) Memperlambat laju konversi hutan
4) Menggeser agenda ke arah keadilan.
Sementara
itu, kebijakan dalam menangani permasalahan lingkungan hidup yakni:
1) Meningkatkan kapasitas dan koordinasi lembaga
pengelolaan lingkungan;
2) Meningkatkan upaya harmonisasi pengembangan hukum
lingkungan dan penegakan hukum secara konsisten;
3) Meningkatkan upaya pengendalian dampak
lingkungan;
4) Meningkatkan konservasi SDA dan penataan
lingkungan melalui pendekatan penataan ruang;
5) Membangun kesadaran masyarakat agar peduli pada
isu lingkungan hidup dan berperan sebagai kontrol sosial dalam memantau
kualitas lingkungan hidup, dan
6) Meningkatkan peranserta masyarakat dalam
pengelolaan SDA dengan memberikan akses dan
kontrol pengelolaan SDA di tingkat lokal.
kontrol pengelolaan SDA di tingkat lokal.
Kelima,
dalam bidang perdagangan dan industri. Upaya yang dilakukan dalam sektor
perdagangan adalah:
1) Mengupayakan peningkatan pencegahan dan
penangkalan penyelundupan barang-barang dari luar negeri,
2) Memperkuat pasar dalam negeri dan promosi
penggunaan produk dalam negeri, dan
3) Mendorong ekspor hasil industri padat karya.
Keseluruhan dari kebijakan untuk kelima sektor
tersebut haruslah diikuti peran aktif dari berbagai instansi terkait serta
masyarakat sehingga kebijakan tersebut dapat memberikan efek positif dalam
mempertahankan atau bahkan meningkatkan pertumbuhan setor riil.
Analisis Keseimbangan Sektor Riil dengan
Grafik
Dalam analisis keseimbangan di sektor riil, kondisi
keseimbangan perekonomian dapat digambarkan ke dalam sebuah kurva yang di sebut
kurva IS. Kurva IS adalah tempat kedudukan titik-titik yang menghubungkan
tingkat bunga (i) dan pendapatan nasional (Y), di mana pasar barang berada
dalam kondisi keseimbangan. Untuk menghasilkan kurva IS kita mulai dari diagram
I dengan mengambil salah satu titik tingkat bunga, misalnya i0. Pada tingkat
bunga sebesar i0, investasi yang dilaksanakan sebesar I0 dan dalam keadaan
keseimbangan, besarnya tabungan adalah S0. Tabungan sebesar S0 terjadi
apabila pendapatan sebesar Y0. Apabila keadaan tersebut kita bawa pada grafik
IV, maka kita memperoleh satu titik dari kurva IS (misalnya kita beri nama
titik A).
Untuk menggambarkan suatu kurva (kita anggap kurva IS adalah linier)
minimal harus ada dua titik sehingga dengan demikian kita perlu mengambil salah
satu titik tingkat bunga lagi misalnya i1. Pada tingkat bunga sebesar i1,
investasi yang diinginkan sebesar I1, dan dalam keadaan seimbang besarnya
tabungan sebesar S1. Tabungan sebesar S1, terjadi apabila pendapatan sebesar
Y1. Apabila keadaan tersebut kita bawa pada grafik IV, maka kita memperoleh
satu titik lagi dari kurva IS (misalnya kita beri nama titik B). Apabila titik
A dan titik B kita hubungkan maka kita akan memperoleh kurva IS, yaitu kurva
yang menggambarkan keseimbangan di sektor riil (pasar barang) yang berlereng
negatif. Ini memberi petunjuk bahwa pada sektor riil (pasar barang), apabila
terjadi kenaikan tingkat bunga, maka turunnya investasi dan turunnya investasi
secara langsung akan menyebabkan turunnya pendapatan nasional. Sebaliknya,
apabila tingkat bunga turun maka pendapatan nasional akan naik. Karena,
turunnya tingkat bunga akan menyebabkan naiknya investasi.
Diagram I
menunjukkan hubungan antara tingkat bunga (i) dan jumlah investasi (I), diagram
II menunjukkan keseimbangan di pasar barang, di mana tabungan sama dengan
investasi S=I. Diagram III menunjukkan hubungan antara tabungan (S) dengan
pendapatan (Y), dan diagram IV menunjukkan kurva IS, yaitu kurva yang
menghubungkan antara titik-titik tingkat bunga (i) dan pendapatan (Y).
Kurva IS dapat pula diturunkan dengan cara lain
seperti ditunjukkan dalam gambar. Diagram I menunjukkan fungsi investasi,
dimana penurunan di dalam tingkat bunga yaitu dari i0 ke i1 telah
menyebabkan investasi naik dari I0 ke I1 . Dalam diagram II ditunjukkan
bagaimana kenaikan dalam investasi akibat dari penurunan tingkat bunga telah
menyebabkan kurva permintaan atau pengeluaran agregat (AD) bergeser ke kiri
atas yaitu dari AD0 ke AD1 , yang selanjutnya akan mendorong
pendapatan naik dari Y0 ke Y1 . Sedangkan diagram III menunjukkan
kurva IS yang menghubungkan tingkat bunga dan pendapatan, dimana tingkat bunga
yang semakin rendah telah menyebabkan pendapatan semakin besar, dan sebaliknya
Kondisi perekonomian suatu Negara dapat dilihat baik
dari sisi internal maupun eksternal.Kondisi internal antara lain tercermin pada
perkembangan sektor riil,seperti produksi,konsumsi,dan investasi,dan
perekembangan sektor moneter seperti inflasi dan jumlah uang beredar.Sementara
itu,kondisi eksternal tercermin pada perkembangan neraca
pembayaran.Perkembangan neraca pembayaran memiliki keterkaitan yang erat dengan
perkembangan sektor riil,fiskal,dan moneter.
Dalam skema trsebut dapat dilihat bahwa perkembangan
permintaan dan penawaran barang dan jasa di sektor riil yang terkait dengan
kegiatan ekspor dan impor tercermin pada perkembangan ekspor dan impor baik
barang maupun jasa pada transaksi berjalan.Demikian pula pada transfer seperti
hibah dari luar negeri kepada pemerintah yang merupakan bagian dari penerimaan
anggaran Negara,tercatat dalam transaksi berjalan.Selain itu transaksi
pembayaran bunga pinjaman pemerintah yang merupakan bagian dari pengeluaran
pemerintah dalam anggaran Negara juga tercatat di neraca pembayaran pada pos
penghasilan(income).Dalam pada itu,aliran modal luar negri yang merupakan salah
satu sumber pembiayaan baik pada kegiatan sektor pemerintah(fiskal) maupun bank
umum akan tercatat pada perkembangan transaksi modal dan keuangan dalam nraca
pembayaran.
Aliran dana dari keseluruhan transaksi yang
mempengaruhi cadangan devisa yang tarcatat dalam transaksi modal dan keuangan
pada akhirnya akan berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi khususnya sektor
moneter.Hal ini mengingat perubahan cadangan devisa akan mempengaruhi aktiva
luar negeri bersih dan otoritas moneter,yang pada gilirannya akan mempengaruhi
uang beredar dalam perekonomian.
Dengan demikian,dalam lingkup analisis ekonomi
makro,keterkaitan antara sektor eksternal dengan sektor lainnya sepertii telah
diuraiakan di atas memegang peranan yang penting dalam proses perhitungan
tingkat output nasional atau produk domestic bruto,penyusunan anggaran
Negara,dan perumusan kebijakan moneter.Hal ini menjadikan neraca pembayaran
sebagai salah satu indikator penting dalam perumusan kebijakan ekonomi makro
suatu Negara.
Secara umum,transaksi-transaksi di sektor
eksternal yang tecatat dalam neraca pembayaran merupakan gambaran
dari seluruh aliran sumber daya(resource flows) baik berupa aliran uang maupun
barang dan jasa,yang kepemilikannya berpindah dari suatu Negara ke Negara
lainnya.Perpindahan kepemilikan tersebut dapat terjadi karena pertukaran
(exchange)atau tanpa pertukaran(unrequited transfer),seperti hibah misalnya.
Transaksi-transaksi yang menyebabkan aliran sumber
daya tersebut pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam dua
kategori.Pertama,transaksi yang trkait dengan perdagangan,seperti ekspor-impor
barang dan jasa,transaksi yang terkait dengan pengghasilan,seperti pembayaran
bunga dan pembagian deviden,serta transaksu yang terkait dengan
transfer,seperti hibah.Kedua,transaksi yang terkait dengan barang modal dan
investasi,seperti penanaman modal langsung dan investasi portofolio.Dalam
neraca pembayaran,transaksi pada kelompok pertama disebut transaksi berjalan
atau current account,sdangkan transaksi pada kelompok kedua disebut transaksi
modal dan keuangan atau capital and financial account.
Jadi dapat kita ambil
kesimpulan perbedaan antara 3 kebijakan diatas
dimana dalam kebijakan moneter tiang utama atau unsur utamanya adalah peredaran
uang dimana diatur oleh bank sentral (Bank Indonesia atau disingkat BI) sedangkan
dalam kebijakan fskal tiang utamanya yang menjadi unsur utamanya adalah
pendapatan dan penerimaan pemerintah lain hal nya lagi dengan kebijakan sektor
rill dimana dalam kebijakan ini jelas sangat berbeda dari kebijakan moneter dan
fiskal sebab dalam kebijakan ini yang menjdi unsur atau sorotan utamanya secara
persektor atau bisa dikatakan untuk menggerakan perekonomian indonesia dilihat
dari liberalisasi perdagangan dan mobilitas faktor Industri.
Selain perbedaan yang
terdapat di dalam 3 kebijakan tersebut (kebijakan moneter,kebijakan fiskal dan
kebijakan sektor rill) terdapat hubungan dari 3 kebijakan tersebut yaitu Sebagaiman kita ketahui bahwa
kebijakan moneter akan mempengaruhi pasar uang dan pasar surat berharga, dan
pasar uang dan surat berhargta itu akan menentukan tinggi rendahnya tingkat
bunga, dan tingkat bunga akan mempengaruhi tingkat agregat. Kebijakan fiskal
akan mempunyai pengaruh terhadap permintaan dan penawaran agregat, yang pada
giliranya permintaan dan penawaran agregat itu akan menentukan keadaan di pasar
barang dan jasa. Kondisi di pasar barang dan jasa ini akan menentukan tingkat
harga dan kesempatan kerja akan menentukan tingkat pendapatan dan tingkat upah
yang di harapkan.
Keduanya akan memiliki umpan balik yaitu pendapatan akan
memberikan umpan balik terhadap permintaan agregat dan upah harapan mempunyai
umpan balik terhadap penawaran agregat dan pasar uang serta pasar surat
berharga dan hubungannya dengan sektoril jika peredaran uang tidak ada maka
tidak akan terjadi permintaan dan penawaran dimana kegiatan sektor-sektor
ekonomi Indonesia yang berada di kebijakan sektor rill tidak akan berjalan.
Referensi :http://wearearticletumpah.blogspot.com/2014/12/kebijakan-fiskal-dan kebijakadisektor.html
Buku Pengantar ilmu Ekonomi (Mikro Ekonomi dan Makro ekonomi) Edisi 3,Penulis : Prathama Rahardja dan Mandala Manurung,Penerbit :FEUI
Referensi :http://wearearticletumpah.blogspot.com/2014/12/kebijakan-fiskal-dan kebijakadisektor.html
Buku Pengantar ilmu Ekonomi (Mikro Ekonomi dan Makro ekonomi) Edisi 3,Penulis : Prathama Rahardja dan Mandala Manurung,Penerbit :FEUI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar